Ada yang unik dan inovatif dari aktivitas para aktivis Miyara
Sumatera Foundation, organisasi nirlaba yang bergerak untuk konservasi
alam, pelestarian budaya, dan pengembangan pariwisata di Sumatera.
LSM ini beberapa waktu lalu berkumpul bersama kelompok perempuan Desa
Merak-Belantung, sebuah desa kecil di Kalianda, Lampung Selatan di mana
program konservasi mangrove “Mangrove for Life” berada. Siang itu,
bersama ibu-ibu yang sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga,
para aktivis berkumpul di teras Posyandu. Bukan untuk arisan atau
sekedar mengobrol santai, tetapi hendak mencoba resep untuk membuat
sirup dari tanaman mangrove.
Sebelumnya, para aktivis telah mengumpulkan buah mangrove. Buah yang
akan dijadikan sirup ini adalah dari tanaman mangrove pidada (jenis Sonneratia)
yang banyak tumbuh di kawasan hutan mangrove di Merak-Belantung
(kawasan Krakatoa Nirwana Resort). Pohon pidada yang berusia cukup
dewasa, telah bisa menghasilkan buah dan – kebetulan – sedang memasuki
masa berbuah, jadi buah bisa dipanen kala itu.
Ibu Basri, istri Kepala Dusun Lambur membantu para aktivis
mengumpulkan ibu-ibu sekitar. Peralatan masak, seperti kompor gas,
panci-panci, gelas, dan lainnya merupakan pinjaman dari dapur beberapa
ibu di sana. Perlengkapannya sederhana, tapi tidak menyurutkan semangat
ibu-ibu untuk berkreasi dan berinovasi.
Ricky, project officer Miyara Sumatera untuk Program
“Mangrove for Life,” telah siap dengan beberapa kilogram buah pidada.
Sambil mengupas buah pidada bersama, para aktivis menjelaskan mengenai
manfaat mangrove bagi kehidupan, baik bagi lingkungan hidup,
sosial-budaya, serta ekonomi masyarakat pesisir dan sekitarnya kepada
para ibu. Sesekali, canda-tawa terlepas dari kesibukan kami mengupas dan
memotong-motong buah.
Di tangan para ibu, percobaan resep sirup mangrove ternyata sama
sekali tidak sulit. Setelah isi buah bersih, buah-buah itu kemudian
dimasak dengan air hingga mendidih. Perbandingan antara buah dan air
adalah sekitar 1 liter air untuk 5 kg buah pidada. Setelah mendidih,
buah ditekan-tekan untuk mengeluarkan sarinya. Sari pidada lalu
dituangkan ke dalam larutan gula (5 kg gula untuk 1,5 liter air).
Aduk-aduk sari pidada bersama larutan gula dalam keadaan mendidih. Untuk
menambah rasa dan warna, dapat juga ditambahkan asam sitrun (4 sendok
teh) atau vanila dengan daun pandan dan daun suji
Suasana di teras Posyandu kian ramai dan penuh antusias setelah buah pidada akhirnya menjadi sirup.
Tentu saja, para ibu tidak cukup puas dengan hanya mengenal buah
mangrove pidada. Sebagian dari mereka sangat ingin untuk ambil bagian
dari kegiatan perawatan mangrove, apalagi menyadari bahwa produk turunan
dan olahan dari mangrove, bisa juga dimanfaatkan. Seorang ibu
berkomentar, “Kapan-kapan kita harus lihat, nih, tanamannya ada di
sebelah mana, supaya bisa ikut merawat dan memanen buahnya!”
Sirup mangrove dapat disimpan dalam botol kaca yang bersih (botol
dikukus atau direbus terlebih dulu). Tak perlu pengawet. Setelah jadi,
para ibu ikut menikmati sirup pidada dan bisa membawanya pulang untuk
dinikmati bersama keluarga. Dicampur dengan es atau potongan buah,
seperti timun suri, ”Hmmmm..” Rasanya enak. Segar dengan sedikit rasa asam yang sangat khas mangrove.
Ke depan, diharapkan bisa mencoba resep-resep makanan atau minuman
lain dari mangrove. Selain menjadi makanan/minuman alternatif yang baik,
produk-produk olahan mangrove adalah potensi terhadap keberlangsungan
konservasi dan upaya pemberdayaan bagi masyarakat pesisir dan
sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar